loading
 

Artikel Investasi

Market Review 2020

Market Review 2020

Economics Highlights

2020 merupakan tahun yang berat bagi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan seluruh indeks di dunia. Khusus bagi pasar saham di Indonesia, mau tidak mau kita harus mengakui bahwa sebenarnya beberapa sentimen negatif sudah muncul membayangi pergerakan indeks sejak awal tahun. Berawal dari munculnya kasus gagal bayar oleh salah satu perusahaan asuransi milik BUMN yang berujung pada penahanan mantan direksi asuransi BUMN tersebut dan investor terkenal di pasar modal. Buntut panjang kasus ini juga berdampak pada penutupan beberapa produk reksadana kelolaan beberapa manajer investasi yang ternyata ada kaitannya dengan kasus tersebut oleh OJK. Sentimen ini terus menjadi faktor pemberat bagi pergerakan IHSG dalam beberapa waktu.

Belum selesai dengan kasus tersebut, IHSG kembali terpukul pasca diumumkannya kasus pertama terkonfirmasi positif covid 19 pada awal Maret 2020 yang lalu. Sejak saat itu, penyebaran virus yang pertama kali ditemukan di daerah Wuhan - China ini pun semakin merebak hingga akhirnya organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa covid 19 sebagai pandemi global. Efek domino dari pandemi covid 19 ini mulai dirasakan oleh hampir diseluruh negara termasuk Indonesia. Bukan hanya masalah kesehatan, pandemi covid 19 ini juga memukul  kondisi perekonomian di seluruh dunia. Beberapa negara bahkan menerapkan lockdown untuk membatasi pergerakan manusia di wilayahnya demi memutus mata rantai penyebaran covid 19. Akibatnya, ekspor impor tidak berjalan dengan baik, banyak perusahaan yang merumahkan karyawannya untuk mengurangi beban perusahaan dan bahkan tidak sedikit pula perusahaan yang akhirnya sampai harus gulung tikar karena terdampak dari pandemi covid 19 ini. Kondisi seperti ini terus bertahan selama beberapa bulan yang berujung pada pernyataan menteri keuangan (Ibu Sri Mulyani) pada september 2020 yang lalu mengumumkan bahwa Indonesia akan masuk ke jurang resesi pada kuartal III 2020. Hal ini dipicu oleh tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mengalami penurunan selama 2 kuartal berturut - turut (kuartal II dan kuartal III). Kabar terbaru, pada Senin 21 Desember 2020 Ibu Sri Mulyani akhirnya merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2020 ini menjadi -2.2% s/d -1.7% dimana angka ini lebih rendah dari proyeksi kementrian keuangan sebelumnya yang menyebutkan pertumbuhan ekonomi tahun 2020 berada dikisaran -1.7% s/d 0.6%.

Ditengah perjuangan untuk memutus mata rantai covid 19, pemerintah dan DPR RI secara resmi mengumumkan mengesahkan RUU Omnibus law menjadi undang - undang pada 5 Oktober 2020. Hal ini memicu berbagai reaksi dari lapisan masyarakat, ada yang pro dan tidak sedikit pula yang kontra. Buntut panjang dari adanya penolakan UU cipta kerja ini adalah adanya aksi demo selama beberapa hari oleh berbagai elemen masyarakat seperti buruh dan mahasiswa. Hal ini memicu adanya kerumunan ditengah masyarakat dan pemerintah yang sedang berupaya untuk memutus mata rantai covid 19. Pemerintah beranggapan bahwa dengan ada UU Cipta kerja ini, diharapkan kedepannya akan ada berbagai kemudahaan bagi investor untuk berinvestasi sehingga akan menciptakan lapangan pekerjaan di Indonesia. UU Cipta kerja ini hadir sebagai salah satu stimulus dari pemerintah untuk mempermudah dan meringankan pelaku pasar untuk mengembangkan bisnisnya di Indinesia, terutama masalah perizinan yang selama ini masih menjadi issue pemberat bagi percepatan izin usaha perusahaan.

Pergerakan IHSG Sepanjang Tahun

Sejak diperdagangkan dari awal tahun, posisi IHSG saat ini masih minus sebesar 4.39% hingga penutupan bursa tanggal 22 Desember 2020. Sempat diperdagangkan di zona yang positif setelah mendapat sentimen positif dari kedatangan vaksin covid sinovac di tanah air beberapa hari yang lalu, IHSG kembali tertekan pada perdagangan senin kemarin ditengah kabar ditemukannya virus baru yang melanda Inggris dan beberapa negara Eropa lainnya. Berdasarkan beberapa penelitian, disebutkan bahwa jenis virus yang baru ini memiliki tingkat penyebaran 70% lebih cepat jika dibandingkan dengan penyebaran virus corona. Hal ini tentu kembali menjadi pemberat bagi IHSG yang saat ini sedang mencoba untuk menuju level tertingginya sepanjang tahun 2020 yakni sebesar 6325.

Kekhawatiran atas ketidak pastian akibat ditemukan virus baru ini memicu para investor terutama investor asing untuk melakukan profit taking pada perdagangan hari selasa. Berdasarkan data yang diperoleh dari RTI, ditemukan bahwa pada perdagangan hari ini investor asing melakukan penjualan bersih sebesar Rp 386 Miliar di seluruh pasar saham Indonesia.

Jika kita lihat performance IHSG sepanjang ytd memang masih berada pada zona negatif yaitu -4.39%. Namun, jika kita lihat dalam beberapa bulan terakhir, performance IHSG sebenarnya mampu bergerak di zona yang positif. Sejak menyentuh titik terendahnya pada 24 maret 2020 di level 3937, IHSG mampu bangkit dan telah naik hampir 53% dalam kurun waktu 9 bulan. Hal ini menandakan bahwa tingkat kepercayaan investor terhadap pasar modal Indonesia sebenarnya sudah berangsur membaik sehingga IHSG mampu merangkak naik menuju 6100 saat ini.

Pemilu AS menjadi fase transisi

Pasca terpilihnya Joe Biden atas Donald Trump pada pemilu di Amerika serikat beberapa waktu yang lalu seperti membawa angin segar bagi pasar modal, terutama di Indonesia. Investor seolah menyambut positif kemenangan Joe Biden menjadi presiden ke 46 negara Amerika Serikat. Hal ini dapat terlihat dari posisi IHSG yang terus reli berada di zona yang positif. Berdasarkan grafik diatas, terlihat jelas bahwa IHSG berada dalam trend kenaikan sejak dilakukannya pemilu AS pada tanggal 3 November 2020 yang lalu. Padahal kemenangan Joe Biden kala itu baru dalam versi hitung cepat  beberapa lembaga survey. Market Seakan menilai, Amerika Serikat dibawah kepemimpinan Joe Biden akan lebih mengedepankan sisi humanis dalam mengambil setiap kebijakannya. Dimana hal ini berbanding terbalik dengan presiden sebelumnya - Donald Trump yang kerap kali memicu ketegangan dan kontroversi dengan banyak pihak. Selain itu, pasar menilai dengan terpilihnya Joe Biden ini akan membuat tensi perang dagang dengan China akan semakin melunak, sehingga hal ini akan menimbulkan kenyamanan bagi investor untuk berinvestasi.

Banyak analis melihat bahwa dengan kemenangan Biden ini, maka bukan tidak mungkin akan segera ada vaksin covid 19 mengingat Joe Biden kerap kali diasosiasikan dengan obama care. Betul saja, tidak lama setelah beberapa lembaga survey hitung cepat menyatakan bahwa Joe Biden mengungguli Donald Trump, perusahaan farmasi terbesar di Amerika Serikat - Pfizer mengumumkan bahwa uji laboratorium atas vaksin covid 19 menghasilkan tingkat keakurasian lebih dari 90%. Hal ini menjadi sentimen yang sangat positif bagi market yang sedang menunggu kepastian akan adanya vaksin covid 19. Hal ini mampu menstimulus investor untuk kembali kepasar modal, setelah mendapat harapan akan vaksin covid 19.

 

Perdagangan 22 Desember 2020

Mengawali perdagangan pasar saham Indonesia pada 22 Desember 2020, IHSG sebenarnya dibayangi oleh sentimen positif setelah partai demokrat dan republik di Amerika Serikat menyutujui paket penyelamatan ekonomi AS ditengah pandemi sebesar US$ 900 miliar yang akan digunakan untuk memberikan bantuan bagi warga AS dalam menghadapi pandemi covid 19 ini. Namun, kekhawatiran tentang adanya varian virus baru yang menyerang inggris lebih menakutkan bagi investor untuk melakukan profit taking pada pasar saham yang menyebabkan IHSG ditutup pada level 6023 atau -2.31% dibandingkan penutupan dihari sebelumnya.

Pada perdagangan hari ini infrastruktur dan mining menjadi sektor pemberat bagi pergerakan IHSG dengan masing - masing sektor mengalami penurunan lebih dari 3%. Sepanjang hari ini juga investor asing banyak melakukan penjualan bersih saham  BMRI, ICBP dan INDF. Sedangkan saham ASII, BBCA dan SCMA merupakan saham yang paling banyak dilakukan pembelian bersih oleh investor asing.

Kekhawatiran ini merupakan bagian dari koreksi sehat bagi IHSG setelah mengalami kenaikan selama seminggu terakhir. Apalagi, menjelang akhir tahun para emiten dan pelaku pasar lainnya (institusi seperti MI) banyak melakukan aksi window dressing dengan memoles kinerja sahamnya menjelang penutupan bursa akhir tahun untuk mempercantik laporan masing - masing institusi.

 

Game Changer 2021

Kedepan, kunci dari pergerakan perekonomian dan IHSG adalah vaksin covid 19 dan implementasi UU Omnibus Law. Setelah vaksin sinovac tiba di Indonesia, pemerintah masih menunggu hasil pengujian dan kajian BPOM untuk dan MUI untuk mendapatkan sertifikat halal agar dapat didistribusikan kepada masyarakat Indonesia. Jika telah mendapatkan ijin edar dari BPOM, maka saya memprediksi pasar modal akan menyambut positif berita tersebut. Dengan keberadaan vaksin, semakin mengurangi kekhawatiran investor atas ketidak pastian akibat covid 19. Kondisi perekonomian akan berangsur membaik sehingga secara perlahan akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Setelah ijin edar ini didapatkan, pekerjaan rumah selanjutnya dari pemerintah adalah bagaimana memastikan vaksin ini dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat di Indonesia sehingga mampu benar - benar memutus mata rantai covid 19.

Setelah issue covid 19 semakin mereda bahkan hilang setelah adanya vaksin, faktor kedua yang dapat menjadi stimulus penggerah IHSG adalah implementasi dari adanya undang - undang omnibus law. Seperti yang disampaikan sebelumnya, pemerintah menyakini bahwa undang - undang omnibus law ini akan menjadi salah satu undang - undang yang mampu mempermudah iijin usaha. Lebih jauh, undang - undang ini diperkirakan akan menghasilkan jumlah lapangan pekerjaan dikemudian hari. Jika hal ini dapat direalisasikan, bukan tidak mungkin Indonesia akan segera  menjadi salah satu kekuatan ekonomi di dunia. Menarik untuk ditunggu. (ET)